Sejarah Desa

Sekitar abad ke VI Masehi, seorang pangeran bernama Bronjong melakukan perjalanan bersama istri dan beberapa orang pengawalnya dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Dalam perjalanannya Pangeran berhenti disebuah daerah yang sekarang bernama desa Tanjung Pinang. Konon katanya menurut cerita yang diriwayatkan dari turun temurun, bahwasanya ketika pangeran Bronjong tiba diwilayah ini, ia mendirikan bangunan kecil untuk mereka tinggal, kemudian setelah  menetap untuk beberapa lama, mereka kedatangan rombongan tamu agung dari keluarga kerajaan yang singgah dirumah mereka karena hujan turun sangat deras dan lama.

Pangeran Bronjong dengan sangat ramah menerima dan menjamu tamu agung dengan menyuguhkan makanan dan minuman. Pangeran juga memberikan suguhan kehormatan untuk tamunya dengan sekapur sirih. Melihat suguhan itu tamu agung tersebut menyusun helai demi helai daun sirih, kapur dan tak lupa kelengkapan lainnya. Saat istri pangeran yang bernama Suryani membuat suguhan sekapur sirih, buah pinang yang menjadi bagian sekapur sirih dibelahnya dan terpental lalu terseret arus air hujan yang mengalir, karena persediaan buah pinang mereka hanya tinggal itu, Suryani berlari mengambil buah yang terseret aliran air hujan tersebut. Langkah demi langkah Suryani pun mengejar buah pinang yang terbawa aliran air sampai pada suatu tempat. Ternyata Suryani sudah sangat jauh dari rumahnya dan melihat kesekeliling.

 Melihat keindahan daerah yang tidak sengaja didatanginya, Suryani kemudian terfikir untuk mengajak suaminya pangeran Bronjong untuk pindah dan tinggal di daerah tersebut. Suryani pun kembali kerumahnya sambil membawa buah pinang dan menyuguhkan ketamunya yang sudah cukup lama menunggu. Beberapa lama kemudian hujan berhenti dan tamu agung tersebut berpamitan untuk kembali ke kerajaannya. Setelah itu suryani menceritakan apa yang ia lihat ketika mengejar buah pinang tadi kepada suaminya pangeran Bronjong, dan tanpa basa basi Suryani mengutarakan keinginannya untuk pindah ke daerah yang ia lihat tersebut. Akhirnya pangeran dan istrinya pun benar-benar pindah melanjutkan kehidupan mereka disana sampai memiliki keturunan.

 Lama-kelamaan desa Tanjung Pinang berkembang menjadi sebuah desa kecil. Setiap hari pangeran, istrinya dan pengawal-pengawalnya mengisi hari dengan berladang berkebun. Pangeran juga melakukan aktifitas yakni membuat peralatan dari besi. Keahlian pangeran ia turunkan ke anak mereka dan orang-orang yang ikut bermukim disana. Selain itu Suryani juga mengisi hari-harinya dengan menenun kain.

Berawal dari Suryani yang merupakan istri seorang pangeran yang mengejar buah pinang di suatu daerah yang kemudian menjadi tempat bermukim, lalu daerah itu dinamakan dengan Tanjung Pinang. Disanapun banyak ditemukan para pengrajin pandai besi dan penenun karena dua hal itu merupakan turunan dari pangeran Bronjong dan istrinya Suryani. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya makam pangeran Bronjong yang bias kita lihat sampai sekarang.

Versi lain terkait kenapa banyak pandai besi di daerah Tanjung Pinang yakni adanya cerita bahwa pangeran Bronjong adalah seorang patih kerajaan Majapahit yang membawa pasukan, dengan tujuan untuk penaklukan daerah. Tanjung Pinang dijadikan sebuah wilayah pelatihan para pasukannya. Untuk melengkapi kelengkapan pasukan, pati Bronjong mengikutsertakan pandai besi, yang bertujuan untuk memudahkan pembuatan senjata untuk para pasukan    

Scroll to Top